Senin, 21 Desember 2009

Bersandar Hanya Kepada Alloh

Bersandar Hanya Kepada Allah
Tiada keberuntungan yang sangat besar dalam hidup ini, kecuali orang yang tidak memiliki sandaran, selain bersandar kepada Allah. Dengan meyakini bahwa memang Allah-lah yang menguasai segala-galanya; mutlak, tidak ada satu celah pun yang luput dari kekuasaan Allah, tidak ada satu noktah sekecil apapun yang luput dari genggaman Allah. Total, sempurna, segala-galanya Allah yang membuat, Allah yang mengurus, Allah yang menguasai.

Adapun kita, manusia, diberi kebebasan untuk memilih, “Faalhamaha fujuraha wataqwaaha”, “Dan sudah diilhamkan di hati manusia untuk memilih mana kebaikan dan mana keburukan”. Potensi baik dan potensi buruk telah diberikan, kita tinggal memilih mana yang akan kita kembangkan dalam hidup ini. Oleh karena itu, jangan salahkan siapapun andaikata kita termasuk berkelakuan buruk dan terpuruk, kecuali dirinyalah yang memilih menjadi buruk, naudzubillah.
Sedangkan keberuntungan bagi orang-orang yang bersandarnya kepada Allah mengakibatkan dunia ini, atau siapapun, terlampau kecil untuk menjadi sandaran baginya. Sebab, seseorang yang bersandar pada sebuah tiang akan sangat takut tiangnya diambil, karena dia akan terguling, akan terjatuh. Bersandar kepada sebuah kursi, takut kursinya diambil. Begitulah orang-orang yang panik dalam kehidupan ini karena dia bersandar kepada kedudukannya, bersandar kepada hartanya, bersandar kepada penghasilannya, bersandar kepada kekuatan fisiknya, bersandar kepada depositonya, atau sandaran-sandaran yang lainnya.
Padahal, semua yang kita sandari sangat mudah bagi Allah (mengatakan ‘
sangat mudah’ juga ini terlalu kurang etis), atau akan ‘sangat mudah sekali’ bagi Allah mengambil apa saja yang kita sandari. Namun, andaikata kita hanya bersandar kepada Allah yang menguasai setiap kejadian, “laa khaufun alaihim walahum yahjanun’, kita tidak pernah akan panik, Insya Allah.
Jabatan diambil, tak masalah, karena jaminan dari Allah tidak tergantung jabatan, kedudukan di kantor, di kampus, tapi kedudukan itu malah memperbudak diri kita, bahkan tidak jarang menjerumuskan dan menghinakan kita. kita lihat banyak orang terpuruk hina karena jabatannya. Maka, kalau kita bergantung pada kedudukan atau jabatan, kita akan takut kehilangannya. Akibatnya, kita akan berusaha mati-matian untuk mengamankannya dan terkadang sikap kita jadi jauh dari kearifan.
Tapi bagi orang yang bersandar kepada Allah dengan ikhlas, ‘ya silahkan … Buat apa bagi saya jabatan, kalau jabatan itu tidak mendekatkan kepada Allah, tidak membuat saya terhormat dalam pandangan Allah?’ tidak apa-apa jabatan kita kecil dalam pandangan manusia, tapi besar dalam pandangan Allah karena kita dapat mempertanggungjawabkannya. Tidak apa-apa kita tidak mendapatkan pujian, penghormatan dari makhluk, tapi mendapat penghormatan yang besar dari Allah SWT. Percayalah walaupun kita punya gaji 10 juta, tidak sulit bagi Allah sehingga kita punya kebutuhan 12 juta. Kita punya gaji 15 juta, tapi oleh Allah diberi penyakit seharga 16 juta, sudah tekor itu.
Oleh karena itu, jangan bersandar kepada gaji atau pula bersandar kepada tabungan. Punya tabungan uang, mudah bagi Allah untuk mengambilnya. Cukup saja dibuat urusan sehingga kita harus mengganti dan lebih besar dari tabungan kita. Demi Allah, tidak ada yang harus kita gantungi selain hanya Allah saja. Punya bapak seorang pejabat, punya kekuasaan, mudah bagi Allah untuk memberikan penyakit yang membuat bapak kita tidak bisa melakukan apapun, sehingga jabatannya harus segera digantikan.
Punya suami gagah perkasa. Begitu kokohnya, lalu kita merasa aman dengan bersandar kepadanya, apa sulitnya bagi Allah membuat sang suami muntaber, akan sangat sulit berkelahi atau beladiri dalam keadaan muntaber. Atau Allah mengirimkan nyamuk Aides Aigepty betina, lalu menggigitnya sehingga terjangkit demam berdarah, maka lemahlah dirinya. Jangankan untuk membela orang lain, membela dirinya sendiri juga sudah sulit, walaupun ia seorang jago beladiri karate.
Otak cerdas, tidak layak membuat kita bergantung pada otak kita. Cukup dengan kepleset menginjak kulit pisang kemudian terjatuh dengan kepala bagian belakang membentur tembok, bisa geger otak, koma, bahkan mati.
Semakin kita bergantung pada sesuatu, semakin diperbudak. Oleh karena itu, para istri jangan terlalu bergantung pada suami. Karena suami bukanlah pemberi rizki, suami hanya salah satu jalan rizki dari Allah, suami setiap saat bisa tidak berdaya. Suami pergi ke kanotr, maka hendaknya istri menitipkannya kepada Allah.
“Wahai Allah, Engkaulah penguasa suami saya. Titip matanya agar terkendali, titip hartanya andai ada jatah rizki yang halal berkah bagi kami, tuntun supaya ia bisa ikhtiar di jalan-Mu, hingga berjumpa dengan keadaan jatah rizkinya yang barokah, tapi kalau tidak ada jatah rizkinya, tolong diadakan ya Allah, karena Engkaulah yang Maha Pembuka dan Penutup rizki, jadikan pekerjaannya menjadi amal shaleh.”
Insya Allah suami pergi bekerja di back up oleh do’a sang istri, subhanallah. Sebuah keluarga yang sungguh-sungguh menyandarkan dirinya hanya kepada Allah. “Wamayatawakkalalallah fahuwa hasbu”, (QS. At Thalaq [65] : 3). Yang hatinya bulat tanpa ada celah, tanpa ada retak, tanpa ada lubang sedikit pun ; Bulat, total, penuh, hatinya hanya kepada Allah, maka bakal dicukupi segala kebutuhannya. Allah Maha Pencemburu pada hambanya yang bergantung kepada makhluk, apalagi bergantung pada benda-benda mati. Mana mungkin? Sedangkan setiap makhluk ada dalam kekuasaan Allah. “Innallaaha ala kulli sai in kadir”.
Oleh karena itu, harus bagi kita untuk terus menerus meminimalkan penggantungan. Karena makin banyak bergantung, siap-siap saja makin banyak kecewa. Sebab yang kita gantungi, “Lahaula wala quwata illa billaah” (tiada daya dan kekuatan yang dimilikinya kecuali atas kehendak Allah). Maka, sudah seharusnya hanya kepada Allah sajalah kita menggantungkan, kita menyandarkan segala sesuatu, dan sekali-kali tidak kepada yang lain, Insya Allah.

Selasa, 17 November 2009

Maha Baiknya Alloh

Alloh SWT berfirman dalam sebuah hadits qudsi
“Aku, jin dan manusia sungguh dalam perkara yang begitu agung (artinya sangat mengherankan);
Aku ciptakan mereka semua tapi mereka menyembah kepada selain Aku;
Aku berikan mereka semua rizki tapi mereka bersyukur kepada selain Aku;
Kebaikan-kebaikan Ku senantiasa turun kepada mereka semua dan mereka membalas dengan memberikan keburukan-keburukan mereka kepada-Ku;
Aku berikan kebaikan-kebaikan Ku, Aku cintai mereka dengan berbagai macam kebaikan-kebaikan yang datang dari Ku kepada mereka, dan mereka membuat Aku murka dan benci dengan kemaksiatan-kemaksiatan yang datang dari mereka kepada Ku, padahal mereka semua adalah makhluk yang paling perlu kepada Aku dalam pemberian rizki dan kebaikan ini;
Maka orang-orang yang dia datang kepada Ku dari jauh, maka Aku akan memanggil dia, cepat kemari cepat kemari wahai hamba Ku;
sedangkan orang-orang yang dia berpaling dari Ku, Aku akan datang kepada dia mendekat untuk mengatakan mau kemana hamba Ku, mau lari kemana kalian;
ahli-ahli ketaatan kepada ku, adalah ahli-ahli kecintaan Ku;
dan orang-orang yang senantiasa Aku cintai adalah orang yang senantiasa duduk dalam majelis-majelis Ku;
maka barang siapa yang duduk dalam majelis Ku hendaklah dia senantiasa mengingat Aku;
Maka ingatlah Aku, maka Aku akan mengingat kalian ;
sedangkan orang-orang yang bermaksiat, Aku tidak akan jadikan mereka putus asa dari pada rahmat Ku;
Apabila taat mereka ahli-ahli maksiat bertaobat kepada Ku, maka Aku akan menjadi kekasih-kekasih mereka;
Apabila setelah bermaksiat mereka belum juga bertaubat kepada Ku, maka Aku akan menjadi penyembuh-penyembuh atas kemaksiatan mereka;
Aku uji mereka supaya Aku bisa sucikan dosa-dosa mereka;
Wahai hamba Ku coba kalian lihat kepada langit betapa tingginya ia dengan segala ketinggiannya;
dan lihatlah kalian kepada gunung bagaimana berdiri tegaknya;
dan bagaimana bumi dengan segala fenomenanya;
dan lihatlah kalian kepada segala yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan;
semua ini (langit, bumi) menyaksikan dan bersaksi tentang kehebatan, kemuliaan dan kesempurnaan Ku;
Wahai hamba Ku, Aku senantiasa mengingat kamu tapi engkau senantiasa melupakan Ku;
Aku senantiasa menutupi aib-aib mu tapi engkau tidak pernah takut kepada Ku;
kalau Aku memerintahkan bumi pasti bumi akan menenggelamkan engkau ke dalam perutnya;
kalau Aku mau, Aku perintahkan seluruh samudera untuk menenggelamkan engkau di dalam airnya;
tapi Aku berikan kepada engkau kesempatan diulur-ulur sehingga akan datang waktunya;
dan Aku berikan pada engkau kesempatan sehingga waktunya Aku telah tetapkan;
dan wajib bagimu dan bagi setiap jiwa yang memiliki nyawa untuk melewati Aku dalam kehidupannya;
supaya Aku bisa mengingatkan engkau kepada perbuatan-perbuatanmu nanti yang terdahulu;
dan supaya Aku bisa evaluasi dan bisa hitung seluruh perbuatan-perbuatan amal-amalmu;
sehingga ketika engkau meyakini engkau akan hancur dan binasa;
maka Aku berikan kepada engkau pengampunan-pengampunan;
dan Aku berikan kepadamu keridhoan-keridhoan Ku;
dan dengan sifat-sifat yang Aku sebutkan itulah maka Aku disebut Al Aziz (Maha Perkasa) dan Al Ghoffar (Maha Pengampun);

Dalam hadits qudtsi yang lain Alloh berfirman

Sesungguhnya Aku hanya menerima shalat orang-orang yang tawadhu yang rendah hati kepada keagungan Ku;
dan mereka tidak sombong keatas makhluk-makhluk Ku yang lain;
dan mereka habiskan siang harinya dengan mengingat Aku;
dan mereka tidak melalui malam-malamnya dengan berterus-terus dalam kesalahan-kesalahan;
dan senantiasa memberikan makan kepada orang yang kelaparan dan memberikan ayoman kepada orang-orang yang fakir / miskin;
menyayangi yang lebih muda dan menghormati yang lebih tua;
itulah orang-orang yang apabila mereka meminta kepada Ku pasti AKu berikan apa yang mereka minta;
itulah orang-orang yang apabila mereka berdo’a pasti akan Aku kabulkan do’a-do’a mereka;
Apabila mereka merendahkan diri mereka kepada Ku dengan ibadah dan inabah , AKu pasti akan sayangi mereka;
perumpamaan orang seperti ini disisi Ku adalah seperti surga firdaus ditengah surga-surga yang lain;
yang tidak akan pernah busuk buah-buahannya, yang tidak akan pernah berubah keadaannya;

Selasa, 03 November 2009

Kesejahteraan Hidup

asslkum wr wb
untuk meningkatkan kesejahteraan hidup, manusia di seluruh dunia membuat usaha,usaha-usaha yang dibuat oleh manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya adalah kita saksikan mereka memperbaiki bangunan-bangunan, memperbaiki jalan-jalanan,transportasi kendaraan-kendaraan, rumah-rumah,dsb dsb, tetapi manusia lupa untuk mencapai kesejahteraan yang paling utama adalah memperbaiki manusianya itu sendiri, klo manusianya tidak diperbaiki lain-lain diperbaiki demi Alloh kesejahteraan tidak akan pernah terjadi..misalnya contoh kita memiliki mobil yang canggih, modern, tetapi yang memakainya orang gila maka mobil itu bukan membawa kesejahteraan tetapi membawa kesengsaraaan.

maka Alloh swt untuk mensejahterakan manusia ini Alloh utus para nabi dan rosul ke permukaan bumi, usaha para nabi untuk mensejahterakan manusia adalah memperbaiki manusia itu sendiri,objek daripada usaha para nabi adalah memperbaiki manusia, dan yang diperbaiki oleh para nabi pada diri manusia itu bukan jasadnya, wajahnya, kekuatan badannya ... bukan......objek usaha para nabi kepada diri manusia adalah hati-hati manusia, bagaimana pada diri hati manusia ini tertanam kebesaran, keagungan Alloh swt. manusia ini akan menjadi baik hanya jika dalam hatinya ada kebesaran, keagungan Alloh swt sebaliknya manusia akan menjadi buruk dan jahat jika dalam hatinya ada kebesaran, selain kepada Alloh swt

secara pribadi pun hidup kita tidak akan sejahtera, bahagia, aman, tentram, selama dalam hati kita ini yang ada dalam hati kita ini adalah kebesaran mahkluk kebesaran selain daripada Alloh swt

maka usaha yang benar untuk membahagiakani diri kita sendiri,mensejahterakan diri kita sendiri adalah bagaimana mengeluarkan kebesaran makhluk yang ada pada hati kita dan memasukan kebesaran zat Alloh swt pada hati kita

kita liat dan saksikan yang menderita kesusahan hidup sekarang bukan saja orang miskin orang kaya pun menderita kesusahan......
sebabnya adalah hatinya tidak tawajuh kepada Alloh swt tetapi hatinya tawajuh kepada selain dari pada Alloh swt... contoh-contoh banyak .... perkara benda-benda yang lain tidak berpengaruh kalaulah hati kita nii tawajuh kepada Alloh, taat kepada Alloh, ada kebesaran Alloh dalam hati kita dimanapun kita berada Alloh akan bahagiakan kita

lihat contoh di quran nabi ibrahim as, dibakar dalam api.. api tu tempat menderita..tetapi dalam hati nabi ibrahim ada keagungan Alloh, kebesaran Alloh,tawajuh kepada Alloh, taat kepada Alloh .... didalam api pun  nabi ibrahim disejahterakan oleh Alloh swt

jadi klo ada ucapan-ucapan dalam gubuk derita, tinggal didalam gubuk menderita..... yang bikin tadi orang menderita bukan gubuknya tetapi amal buruknya .......klo lah dia beramal baik jangan kan dalam gubuk dalam apipun Alloh sejahterakan.....begitupun sebaliknya jika tidak ada keagungan Alloh dalam hati maka kita bisa lihat nambrud,firaun, qorun dsb.....

Alloh swt berfirman barang siapa ingat kepada Alloh maka hatinya akan tenang

maka marilah kita perbaiki hati kita, perbaiki diri kita agar dalam hati kita ada kebesaran Alloh, ketaatan kepada Alloh keagungan kepada Alloh

Selasa, 01 September 2009

AGAMA

Sesungguhnya Alloh telah menetapkan kebahagian, kesuksesan, kesenangan manusia di dunia dan di akhirat Alloh simpan dalam Agama